
 Sel surya, solar cell, photovoltaic, atau  fotovoltaik sejak tahun 1970-an telah telah mengubah cara pandang kita  tentang energi dan memberi jalan baru bagi manusia untuk memperoleh  energi listrik tanpa perlu membakar bahan baker fosil sebagaimana pada  minyak bumi, gas alam atau batu bara, tidak pula dengan menempuh jalan  reaksi fisi nuklir. Sel surya mampu beroperasi dengan baik di hampir  seluruh belahan bumi yang tersinari matahari, sejak dari Maroko hingga  Merauke, dari Moskow hingga Johanesburg, dan dari pegunungan hingga  permukaan laut.
Sel surya dapat digunakan tanpa polusi, baik  polusi udara maupun suara, dan di segala cuaca. Sel surya juga telah  lama dipakai untuk memberi tenaga bagi semua satelit yang mengorbit bumi  nyaris selama 30 tahun. Sel surya tidak memiliki bagian yang bergerak,  namun mudah dipindahkan sesuai dengan kebutuhan.
Dengan memanfaatkan Energi tak terhabiskan yaitu  matahari, dengan memanfaatkan radiasi surya. berikut ulasan mengenai  radiasi surya yang saya dapat dari Buletin litbang departemen pertahanan  Indonesia. Sel surya terbuat dari potongan silikon yang sangat kecil  dengan dilapisi bahan kimia khusus untuk membentuk dasar dari sel surya.  Sel surya pada umumnya memiliki ketebalan minimum 0,3 mm yang terbuat  dari irisan bahan semikonduktor dengan kutub positif dan negatif. Tiap  sel surya biasanya menghasilkan tegangan 0,5 volt. Sel surya merupakan  elemen aktif ( Semikonduktor ) yang memanfaatkan efek fotovoltaik untuk  merubah energi surya menjadi energi listrik.
secara umum prosesnya adalah sebagai berikut:
 The effect of the electric field in a PV cell
Operation of a PV cell
Basic structure of a generic silicon PV cell
Proses konversi energi cahaya menjadi energi listrik:
 Proses pengubahan atau konversi cahaya matahari  menjadi listrik ini dimungkinkan karena bahan material yang menyusun sel  surya berupa semikonduktor. Lebih tepatnya tersusun atas dua jenis  semikonduktor; yakni jenis n dan jenis p.
Semikonduktor jenis n merupakan semikonduktor yang memiliki kelebihan elektron, sehingga kelebihan muatan negatif, (n = negatif). Sedangkan semikonduktor jenis p memiliki kelebihan hole, sehingga disebut dengan p ( p = positif) karena kelebihan muatan positif. Caranya, dengan menambahkan unsur lain ke dalam semkonduktor, maka kita dapat mengontrol jenis semikonduktor tersebut, sebagaimana diilustrasikan pada gambar di bawah ini
Semikonduktor jenis n merupakan semikonduktor yang memiliki kelebihan elektron, sehingga kelebihan muatan negatif, (n = negatif). Sedangkan semikonduktor jenis p memiliki kelebihan hole, sehingga disebut dengan p ( p = positif) karena kelebihan muatan positif. Caranya, dengan menambahkan unsur lain ke dalam semkonduktor, maka kita dapat mengontrol jenis semikonduktor tersebut, sebagaimana diilustrasikan pada gambar di bawah ini
 Pada awalnya, pembuatan dua jenis semikonduktor  ini dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat konduktifitas atau tingkat  kemampuan daya hantar listrik dan panas semikonduktor alami. Di dalam  semikonduktor alami (disebut dengan semikonduktor intrinsik) ini,  elektron maupun hole memiliki jumlah yang sama. Kelebihan elektron atau  hole dapat meningkatkan daya hantar listrik maupun panas dari sebuah  semikoduktor.
Misal semikonduktor intrinsik yang dimaksud ialah silikon (Si). Semikonduktor jenis p, biasanya dibuat dengan menambahkan unsur boron (B), aluminum (Al), gallium (Ga) atau Indium (In) ke dalam Si. Unsur-unsur tambahan ini akan menambah jumlah hole. Sedangkan semikonduktor jenis n dibuat dengan menambahkan nitrogen (N), fosfor (P) atau arsen (As) ke dalam Si. Dari sini, tambahan elektron dapat diperoleh. Sedangkan, Si intrinsik sendiri tidak mengandung unsur tambahan. Usaha menambahkan unsur tambahan ini disebut dengan doping yang jumlahnya tidak lebih dari 1 % dibandingkan dengan berat Si yang hendak di-doping.
Misal semikonduktor intrinsik yang dimaksud ialah silikon (Si). Semikonduktor jenis p, biasanya dibuat dengan menambahkan unsur boron (B), aluminum (Al), gallium (Ga) atau Indium (In) ke dalam Si. Unsur-unsur tambahan ini akan menambah jumlah hole. Sedangkan semikonduktor jenis n dibuat dengan menambahkan nitrogen (N), fosfor (P) atau arsen (As) ke dalam Si. Dari sini, tambahan elektron dapat diperoleh. Sedangkan, Si intrinsik sendiri tidak mengandung unsur tambahan. Usaha menambahkan unsur tambahan ini disebut dengan doping yang jumlahnya tidak lebih dari 1 % dibandingkan dengan berat Si yang hendak di-doping.
bersambung.... 
0 comments:
Post a Comment
Luangkanlah Waktu Anda Sedikit Untuk Berkomentar
PERHATIAN : Diharapkan Untuk Tidak Melakukan SPAM Seperti :
1. Beriklan
2. Memasukkan LINK
3. Berkomentar Bukan Pada Tempatnya. dll
Saya Sangat Menerima Dengan Senang Hati Jika Anda Melakukannya Di BUKU TAMU Yang Telah Saya Sediakan,Terima Kasih Atas Perhatiannya